MALU TAK AKAN MEMBUAHKAN HASIL



Bekerja keras dan memohon belas kasihan dari orang lain itu bukanlah hal yang mudah. “Kalau malu ya tak akan membuahkan hasil apa-apa”, tidak mempedulikan apa kata orang demi mendapat pundi-pundi rupiah untuk biaya hidup.

S
etiap hari saat matahari sudah mulai naik, Nenek Siti berjalan dari rumah menuju Stasiun Pondok Cina, Depok. Senin (7/1) Nenek berjalan dengan sendal jepitnya yang sudah tipis, memakai baju kebaya dan kain batik kesayangannya. Bermodalkan gelas plastik dan juga beberapa tisu Nenek Siti berjuang mencari pundi-pundi rupiah.

Siang hari yang panas membuat kulit Nenek Siti menjadi hitam gelap, kulit nya yang semakin keriput pun menjadi terlihat jelas. Umur yang sudah tidak muda dan tubuh yang ringkih, membuat Nenek Siti menjadi mudah lelah. Matahari yang sangat panas membuat Nenek Siti hanya duduk di pinggir jembatan dekat jalan masuk Stasiun Pondok Cina.

“Dek tisunya, 5000rb aja.. bantu nenek dek, buat nenek makan..’’ kata- kata yang selalu diucapkan Nenek siti untuk menjual tisu-tisu miliknya. Dengan keuntungan yang tidak seberapa, membuat Nenek Siti memohon belas kasihan dari orang lain untuk mencukupi biaya hidupnya. Saat tisu yang di jualnya telah habis, Nenek Siti melanjutkan mencari uang dengan meminta-minta.

Menaruh gelas plastik di depannya, duduk dan berkata “Sedekahnya Dek, Buat Nenek Makan..” diucapakan berulang-ulang, menunggu hingga adanya orang-orang baik yang memberinya belaskasihan. “Malu.? Sudah pasti, tetapi kalau malu ya tak akan mendapat apa-apa” Ujar Nenek Siti.


Membuat Cucu Bahagia
Biaya hidup keluarga yang belum cukup adalah alasan pertama Nenek Siti bekerja, meskipun ia sudah tua tetapi tak ada pilihan bila ingin biaya hidup tercukupi. Nenek Siti tinggal bersama anaknya, dan sudah memiliki 1 orang cucu perempuan. Anak nya yang hanya bekerja sebagai kuli bangunan tidak dapat mencukupi biaya hidup mereka, istrinya pun juga bekerja sebagai kuli cuci gosok pakaian. Nenek Siti yang tidak ingin menyusahkan mereka akhirnya rela mengemis hanya untuk sekedar membantu sedikit biaya keluarga mereka.

“Kalau cape mah nenek sudah biasa, yang penting mah nenek bisa liat cucu seneng aja.. kan kalo nenek kerja uangnya bisa buat cucu beli jajan juga..” sebuah kata yang diucapkan Nenek Siti yang membuatnya tersenyum bahagia. Cucunya yang masih sekolah di taman kanak-kanak (TK) adalah penyemangat dirinya, yang selalu menghiburnya dan membuatnya tertawa saat bercanda di rumah. Hilang sudah penat Nenet Siti bila melihat cucunya yang bahagia, apalagi saat Nenek Siti pulang kerumah dan cucunya yang baik itu memijit kakinya yang pegal setelah berjalan pulang.

Cucunya yang rajin itu adalah harapan baginya agar suatu hari nanti cucunya dapat menjadi orang yang sukses dan dapat membahagiakannya kelak. “Tidak apa-apa saya bekerja seperti ini, yang penting saya dapat menyisihkan uang yang saya dapat untuk biaya sekolah cucu saya nanti.. hehehe” ujar Nenek Siti sambil tertawa kecil dan tersenyum bahagia. (DLL/PNJ)

Posting Komentar

1 Komentar